banner 468x60

Tradisi Syawalan Bukit Sidoguro, Merawat Warisan Budaya Asli Klaten

 Sosial & Budaya
banner 468x60

Suarapamong.com KLATEN — Ribuan warga memadati bukit Sidoguro untuk mengikuti puncak tradisi syawalan, Rabu (17/4/2024). Acara ini merupakan tradisi tahunan yang digelar setiap hari ketujuh di bulan Syawal dalam penanggalan Islam.

Rangkaian acara dimulai dengan kirab gunungan ketupat dari pintu masuk bukit Sidoguro. Bupati Klaten, Sri Mulyani dan Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardaya beserta jajaran Forkopimda Kabupaten Klaten turut serta dalam arakan gunungan ketupat menuju amphiteater bukit Sidoguro sebagai vanue utama tradisi syawalan Sidoguro.

Rombongan Bupati disambut tari kreasi dari Sanggar Omah Wayang saat tiba di vanue utama tradisi syawalan Sidoguro yang telah dipadati oleh masyarakat. Usai sambutan dan doa bersama, arakan gunungan ketupat yang dihias dengan aneka sayur dan buah memasuki amphiteater Bukit Sidoguro secara berurutan yang diawali barisan Duta Pariwisata Kabupaten Klaten yang membawa udik-udikan dalam keranjang janur.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Klaten, Sri Nugroho menyampaikan pada tahun ini terdapat 25 gunungan ketupat hasil sumbangan beberapa instansi baik pemerintahan maupun non-pemerintahan. Selain itu, pihaknya juga menyediakan ketupat opor siap santap sebanyak 1.000 porsi untuk dibagikan kepada masyarakat yang hadir dalam tradisi tahunan ini.

“Tradisi ini digelar sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya nenek moyang berupa ketupat lebaran. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa memiliki makna ngaku lepat atau mengakui kesalahan yang dilanjutkan dengan saling memberikan maaf,” paparnya.

Menurutnya, tradisi yang mengambil tema “ngapuro ing ngapuro tumuju ing fitri” ini juga sebagai bentuk promosi pariwisata di Kabupaten Klaten. Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai sarana silaturahmi masyarakat dengan Pamong Praja atau unsur pemerintah dalam momen lebaran.

“Kami berharap tradisi ini turut berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar obyek wisata Bukit Sidoguro dan Rawa Jombor,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Klaten, Sri Mulyani menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat yang hadir memeriahkan tradisi syawalan Bukit Sidoguro yang digelar setiap tahunnya. Menurutnya dengan antusiasme masyarakat tersebut, tradisi syawalan yang merupakan warisan nenek moyang ini dapat terus dilestarikan.

“Kegiatan ini bukan hanya sebagai hiburan, sebagai tradisi, namun juga menjadi sarana silaturahmi dan melestarikan budaya. Saya mewakili Pemerintah Kabupaten Klaten, dalam kesempatan ini juga menyampaikan mohon maaf lahir dan batin,” kata Bupati. (Kominfo-klt + Red SP)

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Comments are closed.